ILMU BUDAYA DASAR
"KEBUDAYAAN SUKU BETAWI"
Disusun Oleh :
Chyntia Wulandari (11217359)
Faqih Al Fikri (12217147)
Nabila (14217343)
Pratama F Saputra (14217730)
Kelas 1EA12
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Gunadarma
2017
DAFTAR ISI
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI..........................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................
1
1.
A. Latar Belakang.............................................. 1
1.
B. Rumusan Masalah........................................ 2
1.
C. Tujuan Penulisan.......................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................... 3
2.
A. Sejarah Asal Usul suku Betawi..................... 3
2.
B. Rumah adat Betawi...................................... 5
2.
C. Upacara pernikahan adat Betawi................. 6
2. D.
Perilaku dan sifat adat Bewati..................... 10
2. E.
Kepercayaan suku Betawi............................ 11
2. F.
Bahasa suku Betawi..................................... 11
2. G.
Seni dan kebudayaan suku Betawi...............
12
2. H. Makanan khas Betawi.................................. 14
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………. 16
3.
A. Kesimpulan.................................................. 16
3.
B. Daftar Pustaka.............................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh tuhan sebagai
makhluk sosial dan berbudaya, hal ini dapat kita lihat dari perkembanganmanusia
yang ditandai dengan adanya peradaban -peradaban yang ada serta budaya yang
sudah terbentu.manusia mendiami suatu wilayah yang berbeda. Hal ini membuat
adat istiadat, kebudayaan, dan keperibadian setiap manusia suatu wilayah
berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dapat dibedakan secara garis besar
terdapat pembagian tiga wilayah, yaitu: barat, timur tengah, dan timur.
Indonesia adalah termaksuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal
sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur telah dikenal oleh dunia
sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang-orang dari wilayah lain sangan
menyukai orang timur dikarenakan keperibadian orang timur yang tidak
individualitas dan saling tolong menolong satu dengan yang lainnya.
Menurut Solo Soemarjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat
adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.dengan demikian
tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk
melakukan berbagai kegiatan bagi kepentingan bersama atau sebagian besar
hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin antar etnis dan bangsa di
masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli
yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang
digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Kata Betawi
sebenarnya dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta yang pernah diberikan
oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara struktur, proses dan
pertumbuhan sosial suku Betawi mulai dari sejarah, bahasa, kepercayaan, profesi
prilaku, wilayah, seni dan budaya
B. RUMUSAN MASALAH
Dari untaian kata diatas, kami ingin menjelaskan kepada masyarakat
mengenai batasan dan rumusan masalah dalam beberapa point penting:
1. Bagaimana sejarah asal usul suku Betawi
2. Apakah rumah adat Betawi
3. Bagaimana cara upacara pernikahan adat Betawi
4. Bagaimana perilaku dan sifat dari Suku Betawi
5. Apa saja kepercayaan Suku Betawi
6. Apa bahasa yang dipaka Suku Betawi
7. Apa saja seni dan kebudayaan Suku Betawi
8. Apa makanan khas Betawi?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah kami ini adalah untuk mengetahui
lebih dalam tentang salah satu adat budaya yang ada di Indonesia yaitu suku
Betawi dari segala aspeknya. Dan adapun manfaat dari penulisan ini untuk
menambah wawasan masyarakat mengenai suku Betawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH ASAL USUL KEBUDAYAAN BETAWI
Ada tiga pendapat yang menjelaskan tentang
sejarah suku Betawi, yaitu:
1. Pendapat Pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi
berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang
didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai
pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai
kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon,
dan Tionghoa.
2. Pendapat Kedua
Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis
Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada
zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk
Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka
Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan
Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam
monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar
tahun 3500 – 3000 SM.
3. Pendapat Ketiga
Lance Castles yang pernah melakukan penelitian
tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967
oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang
mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku
dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu,
Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India,
Tionghoa dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut
menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
- Daghregister,
yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam
kota benteng Batavia.
- Catatan
Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
-
Catatan penduduk pada
Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
- Sensus
penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.
Etimologi Betawi
Menurut para ahli dan sejarahwan asal mula kata
Betawi mengacu pada pendapat berikut:
1. Pitawi (Bahasa Melayu
Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek
bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa
Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang
tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.
2. Betawi (Bahasa Melayu
Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama
ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan
giwang dari abad ke-11 M.
3. Flora Guling Betawi (Cassia
Glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya
bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang
pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang
pisau.
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis
tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi
Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian
nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro,
Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya
dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal
dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia
Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang
orang Belanda.
B. Rumah Adat Betawi
Rumah kebaya merupakan salah satu peninggalan
budaya nenek moyang adat Betawi dalam bidang arsitektur hunian yang masih dapat
kita jumpai hingga saat ini. Sebetulnya ada 2 rumah adat Betawi selain Rumah
Kebaya ini.Mereka adalah rumah gudang dan rumah joglo. Namun, kedua rumah
tersebut kurang begitu populer, sehingga rumah kebaya-lah yang kemudian
tercatat secara resmi sebagai rumah adat betawi.
Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas
disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka
hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari
permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling
banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas
baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat
dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas
tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur,
kamar mandi, dapur dan teras extra luas. Sebutan
rumah kebaya bagi rumah adat betawi sebetulnya berasal dari kontruksi atap
rumah ini yang jika dilihat dari samping memiliki lipatan-lipatan mirip lipatan kain kebaya. Kain kebaya sendiri
merupakan kain tradisional betawi yang hingga kini sering dikenakan para wanita betawi
pada saat upacara-upacara adat mereka.
C. Upacara Pernikahan Adat Betawi
Masyarakat Betawi memiliki ragam tata cara
pernikahan dengan karakteristik yang cukup unik. Dialog spontan, rileks dan
terkesan ceplas ceplos menjadi salah satu ciri khas yang bukan hanya menarik
minat untuk diikuti tetapi juga penuh dengan makna. Berikut paparan beberapa
tata cara adat pernikahan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat
Betawi.
1. Ngelamar
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga
pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan
oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan
wajib, antara lain:
• Sirih
Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan
diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga
rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk.
• Pisang
raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni.
Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning
atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi
nilainya, sesuai dengan namanya.
• Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
• Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.
Setelah ngelamar selesai,
acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas
kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului
kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin
wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan
pihak keluarga pria.
Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara
ini merupakan unsur yang sangat menentukan. Apabila tande
putus telah disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal:
apa dan berapa banyaknya tande putus, berapa biaya yang diperlukan untuk
keperluan pesta, berapa lama atau berapa hari pesta itu akan
diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara perkawinan dikenakan
pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak undangan.
2. Bawa Tande Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan
bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun
orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa
cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau
calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain,
begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelahtande
putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan hari dan
tanggal pernikahan.
Menentukan Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan
pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon
none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon
tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon
none mantu mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,” itu
adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu menghendaki mas kawin
berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila pihak calon
none mantu menyatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”,
artinya maskawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata
intan asli.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini
pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi
pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin.
Setelah acara bawa tande
putus, kedua belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad
nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara calon
none mantu yang disebut dengan piare
calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang
piare penganten atau dukun penganten.
3. Piare Calon None
Penganten
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa
disebut none
mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan
untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon
none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik,
juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga
berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan
jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon
none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan
dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
4. Siraman dan Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon
pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan
pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman,
ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun
mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi
rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan
tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Urut - Urutan Acara Siraman:
1. Calon pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air siraman.
2. Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
2. Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
3. Calon pengantin wanita duduk di kursi yang
berlubang.
4. Calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang
piare dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang
piare membaca Shalawat dan Dzikir. Bila ada permintaan dari
keluarga, maka orang tua ikut memandikan.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita
menjalanI upacara tanggas atau kum (semacam
mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di
pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan
kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
5. Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai
wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua
meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga
mawar atau lainnya untuk tempat gunting,pedupaan dan setanggi/gaharu, alat
cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk
batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya. Ngerik bertujuan
membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar
kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang
piare membuatkan centung (potongan centung) pada rambut di kedua
sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin
selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
D. Perilaku dan Sifat Suku Betawi
Nilai-nilai kebetawian yang mengakar dalam
kehidupan masyarakat Betawi melahirkan karakter yang tegas dan sabar pada diri
orang Betawi. Walaupun hidup dalam kesusahan, orang Betawi tidak akan menjual
keyakinan mereka. Sesuatu yang telah mereka anut sejak kecil tidak akan mudah
pudar begitu saja hanya karena kesusahan atau iming-iming harta-benda.
Kehidupan bagi orang Betawi adalah sebuah perjuangan dan kerja keras yang terus
berlanjut hingga kematian tiba. Oleh karena itu, karakter pantang menyerah dan
selalu mencari jalan keluar adalah ciri dari orang betawi asli. Dalam mengatasi
masalah hidup menjadi kekuatan tersendiri masyarakat Betawi. Karakter ini juga
melahirkan sifat berani menghadapi tantangan apa pun pada diri orang Betawi
selama mereka meyakini apa yang mereka pilih itu benar. Gambaran lain orang
Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai
kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi
merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti
terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini
terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang
ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan
Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan
atau dikurang-kurangi. Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa
toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi
sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat
kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya
kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan
ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan
perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti
mereka menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka
juga mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka.
Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan
sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari
pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai
hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan
seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh
orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan
masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap
mereka terhadap situasi yang mereka hadapi. Bahkan jika kita memperhatikan
dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat
Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan
yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot,
Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat
Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor
masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu,
model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung
dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong. Hal lain
yang juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap bangsa
dan negara.
E. Kepercayaan Suku Betawi
Di samping kepercayaan terhadap agama yang begitu kuat,
kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi masih mempercayai segala hal
yang bersikap gaib atau supranatural. Adapun beberapa hal yang masih diyakini
oleh kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi tersebut diantaranya
adalah ; Kepercayaan akan dewa-dewa jahat, kepercayaan akan makhluk halus
baik maupun jahat dan kekuatan-kekuatan lain yang diluar logika. Oleh sebab itu
ada beberapa ritual seringkali dilakukan kelompok-kelompok kecil masyarakat
Betawi ini guna menjaga hubungan antara manusia dengan makhluk –makhluk gaib
diantaranya adalah dengan menggelar berbagai upacara atau persembahan.[2]
Kepercayaan akan kekuatan gaib juga bisa ditemui oleh masyarakat
Betawi yang menempati beberapa wilayah seperti di Kampung Baru Kelapa Dua
Wetan, Pondok Ranggon, Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap bayi yang
dilahirkan selalu didampingi dengan empat saudara kandungnya yang tidak bisa
dilihat dengan mata. Empat saudara kandung masing-masing dinamai ; Mbok
Tutuban, Nyai Gumelar, Urihi dan tali ari-ari sebagai saudara yang keempat yang
disebut Gebleghi. Tali ari-ari ini kemudian dikubur dan rohnya menjadi penjaga
dan pelindung saudaranya yang hidup.
Demi menghormati keempat saudara ini maka dalam berbagai
kesempatan, kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap member
sesajen untuk menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan ancak
dan dipasang di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar hajatan
seperti pesta perkawinan dan khitanan.
Dalam upacara tradisional juga sering dibacakan mantra-mantra yang
dikenal sebagai ‘ Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat berarti empat hal
atau manusia hidup harus memperhatikan empat hal yang ada di sekelilingnya
maksudnya empat hal yang ada di penjuru angin termasuk utara, selatan, barat
dan timur. Kelima pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari atas kebawah atau
sebaliknya. Kelima Pancer merupakan pencerminan hubungan antara manusia dengan
Tuhan sebagai penciptanya. Empat papat kelima Pancer berarti pola hubungan manusia
dengan sesame secara horizontal dan pola hubungan manusia dengan Tuhan secara
vertikal.
F. Bahasa suku Betawi
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005)
yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsurbahasa
Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa
Arab, serta bahasa dari Eropa, terutamabahasa Belanda dan bahasa Portugis.
Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada
masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling
sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku
yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada
beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan
awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan
bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek
lokal.
G. Seni dan Kebudayaan Suku Betawi
Suku Betawi memiliki kesenian dan kebudayaan yang
beragam. Dan berikut kesenian dan kebudayaan dari masyarakat betawi:
Musik
Berikut seni musik masyarakat betawi :
1. Seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa
2. Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab
3. Orkes Samrah berasal dari Melayu
4. Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab
5. Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an
6. Seni Lenong
7. Gambang Kromong
8. Rebana Tanjidor
9. Keroncong
10. Lagu tradisional "Kicir-kicir".
Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur - unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Seperti:
1. Tari Topeng Betawi
2. Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda
3. Cokek, tari silat dan lain-lain.
Drama
1. Lenong
2. Tonil
Cerita rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta adalah :
1. Si Pitung
2. Jagoan Tulen atau si jampang
3. Nyai Dasima
4. Mirah dari Marunda
5. Murtado Macan Kemayoran
6. Juragan Boing
Berikut seni musik masyarakat betawi :
1. Seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa
2. Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab
3. Orkes Samrah berasal dari Melayu
4. Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab
5. Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an
6. Seni Lenong
7. Gambang Kromong
8. Rebana Tanjidor
9. Keroncong
10. Lagu tradisional "Kicir-kicir".
Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur - unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Seperti:
1. Tari Topeng Betawi
2. Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda
3. Cokek, tari silat dan lain-lain.
Drama
1. Lenong
2. Tonil
Cerita rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta adalah :
1. Si Pitung
2. Jagoan Tulen atau si jampang
3. Nyai Dasima
4. Mirah dari Marunda
5. Murtado Macan Kemayoran
6. Juragan Boing
Pakaian Adat
Untuk Laki - Laki: Baju Koko, Celana Batik,
Sarung diikat di pinggang, dan Peci
Untuk Perempuan : Kebaya
H. Makanan khas Betawi
- Kerak Telor
- Kue Rangi
·
Nasi Uduk
- Gado - Gado
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Kebudayaan Masyarakat Betawi
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-kawin
antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku
sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan
bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang
atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis
ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu
hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan
Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Kata Betawi digunakan untuk
menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang
digunakannya, juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi berasal dari kata
"Batavia," yaitu nama lama Jakarta pada masa Hindia Belanda.
Betawi banyak memiliki makanan
khas yang variatif, diantaranya yang lebih dikenal yaitu roti buaya. Roti buaya
merupakan salah satu makanan kecil atau kue-kuean khas betawi yang cukup
dikenal masyarakat. Roti buaya digunakan sebagai hantaran pernikahan karena ia
memiliki falsafah hidup yang bermakna kesetiaan kekasih terhadap pasangannya.
Karena itulah roti buaya menjadi makanan tradisi yang sangat pengting atau
berpengaruh dalam sebuah acara pernikahan orang betawi.
Seni dan budaya betawi juga
sangat beraneka ragam. Unsur kesenian tradisional Betawi yang sudah dikenal
sejak zaman dahulu dan tetap hidup di kalangan orang Betawi hingga saat ini,
khususnya di daerah pinggiran Jakarta meliputi seni tari, seni teater, seni
musik dan seni wayang.
B. Sumber