Sabtu, 07 Oktober 2017

Kebudayaan Suku Betawi




MAKALAH

ILMU BUDAYA DASAR

"KEBUDAYAAN SUKU BETAWI"


Image result for lambang gunadarma


Disusun Oleh :

Chyntia Wulandari (11217359)
Faqih Al Fikri (12217147)
Nabila (14217343)
Pratama F Saputra (14217730)


                                                               


                                                              Kelas 1EA12
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Gunadarma
2017






DAFTAR ISI

                                                                                                            Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..            i
DAFTAR ISI..........................................................................        ii

BAB 1     PENDAHULUAN.....................................................        1
1.     A. Latar Belakang..............................................         1
1.     B. Rumusan Masalah........................................          2
1.     C. Tujuan Penulisan..........................................         2

BAB 2     PEMBAHASAN.......................................................        3
2.     A. Sejarah Asal Usul suku Betawi.....................           3
2.     B. Rumah adat Betawi......................................          5
2.     C. Upacara pernikahan adat Betawi.................           6
2.   D. Perilaku dan sifat adat Bewati.....................          10
2.   E. Kepercayaan suku Betawi............................         11
2.   F. Bahasa suku Betawi.....................................         11
               2.  G. Seni dan kebudayaan suku Betawi...............          12
                2.  H. Makanan khas Betawi..................................         14

BAB 3     PENUTUP…………………………………………………………….         16
3.     A. Kesimpulan..................................................         16
3.     B. Daftar Pustaka..............................................        17












 


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk sosial dan berbudaya, hal ini dapat kita lihat dari perkembanganmanusia yang ditandai dengan adanya peradaban -peradaban yang ada serta budaya yang sudah terbentu.manusia mendiami suatu wilayah yang berbeda. Hal ini membuat adat istiadat, kebudayaan, dan keperibadian setiap manusia suatu wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dapat dibedakan secara garis besar terdapat pembagian tiga wilayah, yaitu: barat, timur tengah, dan timur.

Indonesia adalah termaksuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur telah dikenal oleh dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang-orang dari wilayah lain sangan menyukai orang timur dikarenakan keperibadian orang timur yang tidak individualitas dan saling tolong menolong satu dengan yang lainnya.

Menurut Solo Soemarjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan berbagai kegiatan bagi kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.

Suku Betawi berasal dari hasil kawin antar etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Kata Betawi sebenarnya dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta yang pernah diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara struktur, proses dan pertumbuhan sosial suku Betawi mulai dari sejarah, bahasa, kepercayaan, profesi prilaku, wilayah, seni dan budaya










 

B. RUMUSAN MASALAH

Dari untaian kata diatas, kami ingin menjelaskan kepada masyarakat mengenai batasan dan rumusan masalah dalam beberapa point penting:

1. Bagaimana sejarah asal usul suku Betawi
2. Apakah rumah adat Betawi
3. Bagaimana cara upacara pernikahan adat Betawi
4. Bagaimana perilaku dan sifat dari Suku Betawi
5. Apa saja kepercayaan Suku Betawi
6. Apa bahasa yang dipaka Suku Betawi
7. Apa saja seni dan kebudayaan Suku Betawi
8. Apa makanan khas Betawi?           



C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari makalah kami ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang salah satu adat budaya yang ada di Indonesia yaitu suku Betawi dari segala aspeknya. Dan adapun manfaat dari penulisan ini untuk menambah wawasan masyarakat mengenai suku Betawi.















BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH ASAL USUL KEBUDAYAAN BETAWI 

Ada tiga pendapat yang menjelaskan tentang sejarah suku Betawi, yaitu:

1. Pendapat Pertama

Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.

2. Pendapat Kedua

Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 SM.

3. Pendapat Ketiga

Lance Castles yang pernah melakukan penelitian tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.

Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:

  1. Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia.
  2. Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
  3. Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
  4. Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.








Etimologi Betawi

Menurut para ahli dan sejarahwan asal mula kata Betawi mengacu pada pendapat berikut:

1. Pitawi (Bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.

2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

3. Flora Guling Betawi (Cassia Glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"


Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.












 

B. Rumah Adat Betawi

Rumah kebaya merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang adat Betawi dalam bidang arsitektur hunian yang masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Sebetulnya ada 2 rumah adat Betawi selain Rumah Kebaya ini.Mereka adalah rumah gudang dan rumah joglo. Namun, kedua rumah tersebut kurang begitu populer, sehingga rumah kebaya-lah yang kemudian tercatat secara resmi sebagai rumah adat betawi. 

Image result for rumah adat betawi

Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas. Sebutan rumah kebaya bagi rumah adat betawi sebetulnya berasal dari kontruksi atap rumah ini yang jika dilihat dari samping memiliki lipatan-lipatan mirip lipatan kain kebaya. Kain kebaya sendiri merupakan kain tradisional betawi yang hingga kini sering dikenakan para wanita betawi pada saat upacara-upacara adat mereka.






C. Upacara Pernikahan Adat Betawi


Masyarakat Betawi memiliki ragam tata cara pernikahan dengan karakteristik yang cukup unik. Dialog spontan, rileks dan terkesan ceplas ceplos menjadi salah satu ciri khas yang bukan hanya menarik minat untuk diikuti tetapi juga penuh dengan makna. Berikut paparan beberapa tata cara adat pernikahan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Betawi.

1. Ngelamar
Image result for pernikahan adat betawi
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
•        Sirih Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk. 

•        Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya, sesuai dengan namanya.

•        Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
•        Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.

Setelah ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.

Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang sangat menentukan. Apabila tande putus telah disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa dan berapa banyaknya tande putus, berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau berapa hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak undangan.

2. Bawa Tande Putus

Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.

Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelahtande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan hari dan tanggal pernikahan.

Menentukan Mahar atau Mas Kawin

Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon none mantu mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,” itu adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila pihak calon none mantu menyatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”, artinya maskawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin.
Setelah acara bawa tande putus, kedua belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara calon none mantu yang disebut dengan piare calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.

3. Piare Calon None Penganten 

Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.

4. Siraman dan Ditangas

Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.

Urut - Urutan Acara Siraman:

1.   Calon pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air siraman.
2.    Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.

3.    Calon pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang.

4.    Calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piare dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang piare membaca Shalawat dan Dzikir. Bila ada permintaan dari keluarga, maka orang tua ikut memandikan.

Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalanI upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.

5. Ngerik dan Potong Centung

Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting,pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya. Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piare membuatkan centung (potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.




D. Perilaku dan Sifat Suku Betawi

Nilai-nilai kebetawian yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Betawi melahirkan karakter yang tegas dan sabar pada diri orang Betawi. Walaupun hidup dalam kesusahan, orang Betawi tidak akan menjual keyakinan mereka. Sesuatu yang telah mereka anut sejak kecil tidak akan mudah pudar begitu saja hanya karena kesusahan atau iming-iming harta-benda. Kehidupan bagi orang Betawi adalah sebuah perjuangan dan kerja keras yang terus berlanjut hingga kematian tiba. Oleh karena itu, karakter pantang menyerah dan selalu mencari jalan keluar adalah ciri dari orang betawi asli. Dalam mengatasi masalah hidup menjadi kekuatan tersendiri masyarakat Betawi. Karakter ini juga melahirkan sifat berani menghadapi tantangan apa pun pada diri orang Betawi selama mereka meyakini apa yang mereka pilih itu benar. Gambaran lain orang Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi. Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti mereka menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka juga mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka. Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap mereka terhadap situasi yang mereka hadapi. Bahkan jika kita memperhatikan dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot, Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu, model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong. Hal lain yang juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap bangsa dan negara.



 

E. Kepercayaan Suku Betawi

Di samping kepercayaan terhadap agama yang begitu kuat, kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi masih mempercayai segala hal yang bersikap gaib atau supranatural. Adapun beberapa hal yang masih diyakini oleh kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi tersebut diantaranya adalah ; Kepercayaan akan dewa-dewa jahat, kepercayaan akan makhluk halus baik maupun jahat dan kekuatan-kekuatan lain yang diluar logika. Oleh sebab itu ada beberapa ritual seringkali dilakukan kelompok-kelompok kecil masyarakat Betawi ini guna menjaga hubungan antara manusia dengan makhluk –makhluk gaib diantaranya adalah dengan menggelar berbagai upacara atau persembahan.[2]
Kepercayaan akan kekuatan gaib juga bisa ditemui oleh masyarakat Betawi yang menempati beberapa wilayah seperti di Kampung Baru Kelapa Dua Wetan, Pondok Ranggon, Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap bayi yang dilahirkan selalu didampingi dengan empat saudara kandungnya yang tidak bisa dilihat dengan mata. Empat saudara kandung masing-masing dinamai ; Mbok Tutuban, Nyai Gumelar, Urihi dan tali ari-ari sebagai saudara yang keempat yang disebut Gebleghi. Tali ari-ari ini kemudian dikubur dan rohnya menjadi penjaga dan pelindung saudaranya yang hidup.
Demi menghormati keempat saudara ini maka dalam berbagai kesempatan, kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap member sesajen untuk menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan ancak dan dipasang di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar hajatan seperti pesta perkawinan dan khitanan.
Dalam upacara tradisional juga sering dibacakan mantra-mantra yang dikenal sebagai ‘ Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat berarti empat hal atau manusia hidup harus memperhatikan empat hal yang ada di sekelilingnya maksudnya empat hal yang ada di penjuru angin termasuk utara, selatan, barat dan timur. Kelima pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari atas kebawah atau sebaliknya. Kelima Pancer merupakan pencerminan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya. Empat papat kelima Pancer berarti pola hubungan manusia dengan sesame secara horizontal dan pola hubungan manusia dengan Tuhan secara vertikal.

F. Bahasa suku Betawi

Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsurbahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutamabahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.



G. Seni dan Kebudayaan Suku Betawi

Suku Betawi memiliki kesenian dan kebudayaan yang beragam. Dan berikut kesenian dan kebudayaan dari masyarakat betawi:


Musik

Berikut seni musik masyarakat betawi :

1. Seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa
2. Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab
3. Orkes Samrah berasal dari Melayu
4. Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab
5. Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an
6. Seni Lenong
7. Gambang Kromong
8. Rebana Tanjidor
9. Keroncong
10. Lagu tradisional "Kicir-kicir".

Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur - unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Seperti:

1. Tari Topeng Betawi
2. Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda
3. Cokek, tari silat dan lain-lain.

Drama

1. Lenong
2. Tonil

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta adalah :

1. Si Pitung
2. Jagoan Tulen atau si jampang
3. Nyai Dasima
4. Mirah dari Marunda
5. Murtado Macan Kemayoran
6. Juragan Boing
Pakaian Adat

Untuk Laki - Laki: Baju Koko, Celana Batik, Sarung diikat di pinggang, dan Peci

Untuk Perempuan : Kebaya

Image result for pakaian adat betawi








H. Makanan khas Betawi

  • Kerak Telor

















Image result for makanan khas betawi










  • Kue Rangi

Image result for makanan khas betawi



·         Nasi Uduk
Image result for nasi uduk






  • Gado - Gado

Image result for gado gado







 

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan Kebudayaan Masyarakat Betawi

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-kawin antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi berasal dari kata "Batavia," yaitu nama lama Jakarta pada masa Hindia Belanda.
Betawi banyak memiliki makanan khas yang variatif, diantaranya yang lebih dikenal yaitu roti buaya. Roti buaya merupakan salah satu makanan kecil atau kue-kuean khas betawi yang cukup dikenal masyarakat. Roti buaya digunakan sebagai hantaran pernikahan karena ia memiliki falsafah hidup yang bermakna kesetiaan kekasih terhadap pasangannya. Karena itulah roti buaya menjadi makanan tradisi yang sangat pengting atau berpengaruh dalam sebuah acara pernikahan orang betawi.
Seni dan budaya betawi juga sangat beraneka ragam. Unsur kesenian tradisional Betawi yang sudah dikenal sejak zaman dahulu dan tetap hidup di kalangan orang Betawi hingga saat ini, khususnya di daerah pinggiran Jakarta meliputi seni tari, seni teater, seni musik dan seni wayang.





B. Sumber